Sutradara : Jim Sheridan
Rilis : Februari 2012
Produksi : Cliffjack Motion
Pictures
Penulis Naskah : David Loucka
Pemain : Daniel Craig, Rachel
Weisz, Naomi Watts
Jikalau film ternyata berkualitas, biasanya si pemeran akan kecipratan
bagusnya. Namun ada jua kisah pemeran yang menyelamatkan film dari
keterperosokan yang lebih dalam.
Oh, ini dia Daniel Craig. Dianggap
aktor berbakat setelah perannya di dua film James Bond terakhir, ia bermain
baik dalam The Girl With The Dragon Tattoo. Kini ia mencoba peruntungannya di
film terbaru Dream House. Bersama dengan aktris wahid Ausie, Naomi Watts,
mereka berdua tengah mengangkat film Dream House yang rapuh pada kritik.
Hari Minggu (21/2/2012) ratingnya
masih 5.7 versi IMDB (Internet Movie Data Base), sebuah situs film terpercaya
dunia. Sebuah rapor buruk bagi nama-nama
beken pengisi film ini. Dimulai dari sutradara Jim Sheridan (Brothers dan Get
Rich or Die Trying), hingga aktor-aktris papan atas dunia: Daniel Craig, Naomi
Watts dan Rachel Weisz. Kritik paling keras tertuju pada sang penulis, David
Loucka.
Diawali oleh kisah penulis novel Will
Atenton (Daniel Craig), mengunjungi keluarganya yang baru saja pindah rumah.
Ada yang aneh di film ini sedari awal. Sang suami selalu pergi keluar kota,
sementara sang istri tak sekalipun menginjak teras depan rumahnya. Belum lagi
kejadian-kejadian ganjil yang kerap terjadi ketika malam menjelang. Faktanya,
pernah ada pembantaian sekeluarga di rumah itu dulu.
Rangkaian teror dan teka-teki
dalam rumah aneh itu perlahan tersibak. Dengan kegigihan Craig, ia akhirnya
datang ke tempat pembunuh sadis itu ditahan. Kejutan! Ternyata sang pembunuh
yang dicari-cari adalah Will sendiri yang bernama asli Peter Ward ia telah
bebas setelah tak ada bukti kuat.
Will sulit mempercayainya.
Akhirnya, ia mendatangi tetangganya, Watts, yang sepertinya mengetahui namun
memilih diam. Watts pun bercerita malam tragis itu. Yang selamat hanya Will,
maka segala tuduhan dialamatkan padanya. Kasus sebenarnya dibekukan tanpa
adanya pelaku. Tapi Will tidak puas. Pembununya harus diungkap, meskipun jika
itu dirinya sendiri.
Jika yang nyata adalah pengakuan Watts
dan RSJ tempat Will didetensi, maka mengapa
anak dan istrinya selalu muncul dan terlihat nyata di hadapan Will?
Apakah hantu?
Disinilah tensi cerita mulai
meningkat. Dengan segi cerita yang terkesan kelabu, permainan horor-psikologis
coba diangkat dengan bangunan rumah sebagai titik sentral. Inilah narasi besar
yang coba disajikan di layar kaca. Sayangnya gagal.
Cerita Dream House banyak
mengadopsi film-film horor terdahulu—The Amityville Horror, The Sixth Sense dan
Shutter Island. Will yang alami goncangan jiwa tiba-tiba dapat berbicara dengan
arwah istri dan anak-anaknya. Semua terwujud dengan perantara rumah tua.
Pemicunya adalah pembantaian sekeluarga.
Tak ada masalah dengan akting
Naomi Watts, namun peran yang diberikan padanya justru merusak suasana. Kenapa
tiba-tiba Watts diikat suaminya dan diseret ke rumah tua bersama Will yang
telah pingsan? Simsalabim, suami Watts pelaku pembantaian. Kejutan? Tidak juga.
Saya tahu sebelum adegan plot mundur ihwal pembantaian diputar.
Di adegan itu juga tak jelas apa
motif pembantaian. Apakah cemburu, perebutan harta, balas dendam atau…?
Will yang (ajaibnya) diberkahi
kemampuan Sixth Sense, ditolong oleh istrinya. Perlawan, pukul-pukulan, lalu selesai.
Ending yang sungguh mengecewakan. Mengapa si pembunuh dibiarkan mati terlalu
cepat dan tampil terlalu singkat?
Kekuatan film ini jelas pada
pemerannya. Daniel Craig yang biasa terlihat dingin dan keras, tiba-tiba bisa
lembut dan bersifat kebapakan. Seketika pula ia berubah jadi penyendiri
pesakitan setelah tahu bahwa keluarganya hanya fatamorgana. Naomi Watts meski
jadi ganjalan namun dengan baik ditutupi oleh kualitas aktingnya sebagai
pribadi bijak. Rachel Weisz (yang merupakan istri asli Daniel Craig), dapat
membuat kita percaya bahwa ia bukan hantu, melainkan ibu penyayang keluarga.
Dream House jauh dari kata
sukses. Paling tidak ada secercah harapan; trio Craig, Weisz dan Watts masih
bisa berdiri tegak di atas film mereka yang tersungkur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar