The Adjustment Bureau
Sutradara : George Nolfi
Penulis Naskah : George Nolfi, Philip K. Dick
Rilis: 2011
Pemain: Matt Damon, Emily Blunt, Anthony Mackie dan Michael Kelly
Akhirnya kita bisa
membela Matt Damon yang tak lagi diliputi aroma balas dendam, melainkan dalam
perjuangannya akan cinta…
Saya termasuk orang yang tidak cepat jatuh hati pada film jenis sains fiksi. Hanya beberapa yang saya ingat; Trilogi Matrix, Inception, Source Code, dan lain lain. Rumus paling sering ditemui (dan paling ampuh menurut saya) adalah memadukan jalan ceritanya dengan aksi laga. Kalaupun di Matrix ada romansa terbersit, itu hanya bumbu.
Film Adjustment Bureau (Biro
Penyesuaian) ini benar-benar membuatku terkejut. Positif tentunya. Lihat saja
sampulnya: Sepasang pria dan wanita berlari dikejar sesuatu dengan siluet pria
berjas fedora dan topi ala tokoh blues James Brown tahun 1950-an.
Faktor keterkejutan yang paling sangat bisa
jadi adalah Matt Damon. Sosok sentral dalam trilogi film Bourne, tampil disini
sebagai sosok ambisius namun juga penuh kasih sayang. Ia termasuk jajaran atas
aktor Hollywood dalam urusan film laga. Sangat jarang saya lihat dalam film
Matt Damon bisa intim dengan wanita, romantis, namun tekad sekuat baja.
Mulailah kita dengan adegan
pemilihan senator AS. David Norris (Matt Damon) punya segudang impian
menjadikan daerahnya lebih baik. Ia muda, ambisius dan punya mimpi besar.
Ketika masa penghitungan suara, peluangnya mengecil jadi senator karena
dianggap muda dan ceroboh oleh masyarakat.
Dalam pidato menanggapi
kekalahannya, ia pergi ke toilet pria guna melatih pidatonya. Siapa sangka
inilah jadi titik mula perlawanannya dengan takdir. Tiba-tiba ia bertemu Elise
Sellas (Emily Blunt), perempuan yang baru saja mengacaukan perkawinan. Dengan
obrolan singkat nan padat, jeratan asmara mulai terbentuk.
David pun sangat terkesan dengan
Elise. Hingga tiga tahun berlalu, ia bertemu kembali dengannya di dalam bus.
Jalan cerita mulai meningkat sebab pertemuan itu tidak dirancang oleh “takdir”.
Sampai ia dikantornya, banyak petugas terlihat membekukan orang-orang
sekitarnya. Ya, merekalah Biro Penyesuaian, sang “penegak takdir”. Dengan kostum
jas panjang fedora dan topi ala musisi blues.
David ditangkap oleh Biro
Penyesuaian. Mereka menjelaskan pekerjaannya melakukan koreksi terhadap takdir
manusia. Saat mereka lepas tangan muncul bencana sejak jaman Depresi Besar,
Holocaust sampai Perang Dunia II. Takdir adalah pekerjaan yang mereka atur.
Film ini pun menjelaskan pertautan sekaligus kebimbangan umat manusia atas
kehendak bebas. Sejak manusia diberi kebebasan, manusia tingkahnya malah
semakin buas dengan kekuasaan.
Mereka memperingati David bahwa
jodohnya bukanlah Elise. Jika ia kukuh pada Elise, maka akan menghancurkan
karir keduanya: David bisa saja menjadi Presiden AS dan Elise seorang balerina
klasik terkenal.
Dalam situasi tersebut, masih
saja ada agen biro Richardson (Anthony Mackie) yang memiliki koneksi emosional
dengan David. Ia pula yang mendampingi dan mengatur takdir ayah David. Ayah
David merelakan nyawanya karena juga diberitahu Richardson anaknya akan menjadi
presiden.
Jalan cerita makin membuat
penasaran sekaligus menarik. David tetap berhubungan dengan Elise, bahkan
semakin intens dan intim. Ini juga menjadi kritik pada biro. Sebagai manusia
David pun punya pilihan antara cinta dan takdir karirnya.
David pun mesti berhadapan dengan
biro. Sebab jika rahasia biro bocor, maka ingatan David akan dihapus permanen.
Plot berkembang menjadi
kejar-kejaran kucing-tikus macam Tom dan Jerry. Andai Anda bukanlah penyuka
film bergenre seperti Matrix dan Inception (sebuah dunia dalam dunia), mungkin
dari awal Anda akan meninggalkan film ini. Mmmh, mungkin juga tidak. Sebab
kisah cinta David-Elise melawan “penegak takdir” terlalu seru buat dilewatkan.
Saat biro senior Thompson
(Terence Stamp) diturunkan, saya menduga kisah akan selesai. Tapi David dan
Elise sudah tahu rahasia biro dan topi klasik yang bisa menembus ruang melalui
pintu. Mereka ingin melawan dan membuktikan cinta merekalah takdir sebenarnya.
Pujian patut dilayangkan pada
jalan cerita ciptaan George Nolfi dan Philip K. Dick yang segar dan cerdas.
Satu kata yang membuatnya brilian: Penasaran. Kita selalu dibuat penasaran
apakah David dan Elise mampu mengatasi “takdir”?
Dengan naskah dan latar tempat
yang tak terlalu ribet, maka tak ada kritik soal efek visual. Penonton hanya
digiring balik ke era 1950-an dengan jas panjang, topi dan dekorasi kantor Biro
Penyesuaian. Akting paling menonjol masih terletak di pundak Matt Damon.
Sementara lainnya cukup menunjang film ini terasa lebih hidup.
Seharusnya film ini bisa lebih
berani mengeksplorasi cerita terhadap takdir dan nasib biro. Saya mengira para
sineas menghindari akibat lebih jauh karena mengandung sensitivitas keagamaan.
Biar begitu, sebagai hiburan, film ini berhasil memberi kita ketegangan yang
asyik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar