Hanya narasi-narasi. Hanya suara-suara minor. Hanya seseorang.

8.14.2011

Keganjilan


Baiklah, kita memulainya dengan sesuatu yang ganjil. Apa yang kamu tahu tentang diriku? Apa yang kutahu tentang dirimu? Nol. Kita bersekawan dengan padanan. Aku (mem)bimbing, kamu (di) bimbing. Aku (me-) kamu (di-). Pola yang ajek senior-junior.
Kita pun berawal masing-masing dari pengalaman yang ganjil. Kamu dengan pencarian perasaanmu. Dari yang eksentrik, flamboyan, hingga yang kuat. Aku, sementara itu, terikat dengan perasaan lamaku. Berulang kali aku menampik tawaran dan sapaan yang lain. “Itu salah,” begitulah ucap khalayak pada pengalaman masing-masing kita.
Lalu, Rabu siang itu menahbiskan kisah baru. Sangat janggal kiranya. Di saat perasaanmu yang kalut berpadu dengan kesendirian yang membunuhku perlahan. Kita berdua butuh ruang lain,  suasana lain dan orang yang lain. Tanpa dinyana, waktu kita klop. Sayangnya, disanalah segala keganjilan bermula. Tata surya, katamu, sering tak bersahabat.
Keganjilan 1: Ditengah perjalanan malam, tiba-tiba ban pecah sehabis menyaksikan film horror. Lalu hujan. Kemudian ketidaklulusan.
Keganjilan 2: Lain waktu ban bocor kembali melanda. Berubah menjadi malapetaka kala hal ini terjadi tiga kali dalam semalam. Santapan nasi goreng yang enak pun jadi hambar oleh peluh seharian.
Keganjilan 3: Hal yang sama lagi: Ban bocor. Oh Tuhan, ada apa? Seolah kesialan menguntit saat kita bersama. Ditengah rute yang panjang, malam pun bertambah panjang di ruang tambal ban.
Keganjilan 4: Keadaan ban; sehat! Jalanan; aman! Siapa sangka, tetes demi tetes rintik air berjatuhan. Alam tidak berkehendak mengijinkan kita menikmati hari. Hujan yang mengguyur itu hampir meluruhkan semangat kita. Tapi kita terus melaju.
Keganjilan 5: Kita memang harus belajar dari kata “Ya sudahlah”. Segala hirauan itu malah jadi bumerang. Bensin akhirnya habis. Dorongan motor itu berjalan lesu. Bukan karena lemas, tapi simbol kepasrahan.
Keganjilan 6: Inilah keganjilan yang paling serius. Jauh di lubuk rasa, awalnya kita sama sekali tak punya perasaan memiliki satu sama lain. Jika pun kita terhubung lebih karena punya hobi yang sama: berjalan-jalan. Kita suka merayakan kelapangan dengan kesibukan.
Kamu, berjarak tujuh putaran orbit bumi denganku. Berlatar belakang berbeda. Selera berlainan. Dari segi cita-cita kita pun berseberangan. Apa yang menyatukan kita? Perasaan yang dibentuk secara kebetulan. Aku sangat sulit memasukkan orang baru di lubang hati—sebab seseorang pernah mengisinya untuk waktu yang lama dan dalam. Begitu pula kamu, sulit menerima orang lain membasuh luka yang teriris berulang kali.
Beruntunglah kita. Kita memulai dengan ganjil, namun mengakhirinya dengan perasaan yang genap. Lengkap dan normal.

2 komentar:

Shofrul mengatakan...

keganjilan. aku lupa pada minggu keberapa bulan apa saat aku bilang ada keganjilan yg aku liat saat bertemu dengan kau mbah. yg aku ingat saat itu adalah malam minggu. tapi pasti keganjilan itu sudah ada jauh hari sebelum malam minggu itu. bhahahaha....

Selamat Kaka Hendro

*masih aje, orang mau komen harus di saring.

pengukuraspal mengatakan...

oh tidak...