Hanya narasi-narasi. Hanya suara-suara minor. Hanya seseorang.

11.17.2009

Suzanna

Mendengar kata ini, langsung terbayang legenda perfilman Indonesia. Ia punya raut yang pucat dan sorot mata tajam. Gaya hidupnya nyentrik: Kembang melati menu sehari-harinya. Cerita dan tokoh mistis serasa hidup (dan dihidupkan) lagi olehnya.

Suzanna, aktris bertotalitas tinggi. Misteri adalah hidup dan matinya. Tenggelam dalam karakter makhluk seram, macam sundel bolong, kuntilanak, arwah penasaran, dll, Suzanna punya “label” yang sukar tergoyahkan. Ia tak menyangkal pandangan ganjil itu –yang sebagian aktris justru menghindarinya dalam kehidupan nyata. Lewat kharismanya, pabrik misteri berhasil didirikan Suzanna.

11.01.2009

Euforia

Saya tak ingat hari itu hari apa. Sudah beberapa tahun lewat. Saya dan beberapa teman makan bersama, suatu sore di kantin kampus yang telah tiada. Mulanya perbincangan cukup seru, kami menera masa depan dengan harapan. Harapan yang tidak adil, saya kira.
Obrolan kemudian berangsur menyebalkan.

10.25.2009

Manusia Fotokopi

Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Dewa Google. Lewat kehadirannya, dunia terasa singkat, mudah dan dekat. Salut...

Google mengerti benar hakikat teknologi: Seluruh inovasi maupun penciptaan teknologi dilakukan untuk memudahkan manusia. Sosok Google merajai mesin pencari dunia. Namun harus diakui, Google sebagai mesin pencari tidak membuat kita intim. Google memang bersifat instan, tidak diciptakan agar kita intim dengan siapapun. Google hanyalah kumpulan link.

Bagi orang Arab, “waktu adalah pedang”, bagi saya Google justru yang pedang. Ketika saya mengetik untuk maksud sesuatu di web, Google jadi andalan. Setelah dapat apa yang diingini, apa yang kita lakukan?

10.23.2009

Kisah Para Jago

Modal preman sederhana saja, hanya cukup punya nama besar, nyali dan kelihaian melobi. Mereka ingin menjadi “penguasa” diantara penguasa resmi.

Sekarang kawula muda mungkin bisa melenggang bebas berekspresi melalui rajahan tato di tubuh. Tren ini disemarakkan dengan hadirnya distro-distro rajahan gambar tubuh yang mulai tersebar di kota-kota besar. Namun, jika anak muda ini hidup di era pertengahan 1980-an, barangkali mereka akan berpikir dua kali.

Sekitar tahun-tahun tersebut dikenal dengan era “petrus” atau penembak misterius. Preman maupun yang dituduh preman dengan mudahnya diidentifikasi dengan tato di tubuh. Mereka ditembaki oleh orang-orang misterius lantaran dianggap mengganggu ketertiban umum. Dengan masifnya berita di koran tentang korban penembakan bertato, wajar jika masyarakat takut bersinggungan dengan orang bertato. Akhirnya, orang yang memiliki tato sekadar bergaya, mau tak mau, harus bersembunyi di kantor polisi meminta perlindungan.

Annoying News

Liat brita yg mnyebalkan. Kisruh rncana pmakaman teroris.

Biarkan saja jasad itu mw bakal dmakamkn dmn. Mw dy teroris, komunis, sosialis, kapitalis, ateis atw pnjahat kelas kakap.

8.19.2009

Kisah-Kisah Orang Sok Tahu

Cerita 1

Ada seorang akademisi datang ke pemancingan guna melakukan penelitian mengenai tingkat kesadaran informasi di area pesisir. Tiba-tiba ia bertemu dengan salah seorang pemancing.

Akademisi: “Apakah Anda tahu siapa presiden Negara kita?

Pemancing: “Saya tidak tahu.”

Akademisi: “Anda tahu siapa gubernur kita?”

Pemancing: “Maaf, saya juga tidak tahu?”

Dengan kesabaran hampir habis, Akademisi itu bertanya: “Pasti Anda tahu siapa kepala camat di sini..”

4.12.2009

Keteguhan Berdakwah Dadang Hawari

“Sampaikanlah satu atau dua ayat.”

Pintu coklat berukiran Jepara itu dibuka. Tiba-tiba muncul seorang tamu; tinggi sekitar 175 cm, berkulit putih, berpenampilan necis, keluar seraya tersenyum tipis. Rautnya seperti orang yang baru tercerahkan. Menyusul dibelakangnya, seorang pria berbusana serba putih dengan perawakan kebapak-bapakan. “Ayo, silakan masuk,” sahut pria tersebut, ramah mempersilakan Masjid Nusantara masuk ke dalam ruangan prakteknya.

Ruangan sekitar 5 x 5 m itu dipenuhi bermacam buku psikologi. Banyak juga klipingan koran berita terkait dirinya membahas soal-soal keseharian; macam narkotika dan seks bebas. Klipingan itu dipajang di meja berlapis kaca tempatnya biasa melayani pasien.

Dadang Hawari nama lengkapnya. Psikiater jebolan Universitas Indonesia (UI) ini masih terlihat segar bugar. Walaupun sudah setengah baya, rambutnya masih hitam lebat. Badannya juga tegap. Tak nampak kekuyuan di wajahnya, seperti umumnya pria berusia 50-an ke atas. Selain bergaya hidup sehat, dia juga terus menjaga kejernihan jiwanya dengan mengingat Allah SWT.

Simbol Modernitas Masjid Perkotaan


Sekali waktu, jika kebetulan melintas di Menteng, cobalah melewati Jalan Taman Sunda Kelapa. Di sana ada masjid megah dengan plang bertuliskan “Masjid Agung Sunda Kelapa”. Apa pun yang ingin Anda lakukan bisa didapat di sana. Bisa ibadah, baca buku, mengaji, atau sekedar kongko-kongko bareng rekan-rekan.

Bagi warga ibukota, daerah Menteng terkenal mentereng. Daerah tepat di tengah kota ini mudah diakses dari mana saja. Penggila sepakbola ibukota era 1970-an pasti tak lupa untuk berakhir pekan di Stadion Menteng demi melihat Persija Jakarta bertanding. Kini, stadion itu dirubuhkan. Diganti oleh Taman Menteng dengan ciri futuristiknya. Namun, peninggalan era 1970-an ternyata masih ada yang dipertahankan dan menjadi kebanggaan Menteng hingga kini. Tempat tersebut yakni Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK).

Masa-masa awal pembangunan masjid ini sebenarnya penuh perjuangan. Tahun 1966 susunan kepanitiaan pembangunan masjid baru dibentuk, diketuai oleh H.B.R. Motik. Di tahun yang sama panitia tersebut mendatangi Gubernur Jakarta, Ali Sadikin, bermaksud mengajukan rencana pembangunan masjid.

2.19.2009

How to Say It?

Bagaimana menyatakan kekesalan?
Bagaimana menyatakan permintaan maaf agar diterima?
Bagaimana menghadapi orang yang keras kepala?
Bagaimana menyemangati orang yang putus asa?
Bagaimana mengeluarkan gagasan pada orang yang tak dikenal?
Bagaimana meminta pertolongan?
Bagaimana mengkritik seseorang?
Bagaimana memuji seseorang?
Bagaimana memperingati anak kecil?
Bagaimana menasehati orang yang lebih dewasa?

Salut untuk Ponari!

Waktu itu saya masuk ke ruang dosen, mau bertemu dosen pembimbing meminta tanda tangan persetujuan. Ada salah satu dosen nyeletuk soal kasus Ponari. Ia bilang, “Wah, Ponari ini memperlihatkan masyarakat kita masih banyak yang irasional.”

Irrasionalitas masyarakat? Ya, saya akui itu. Karena negara ini tercipta oleh semangat spiritual juga. Terbukti makin banyak saja orang yang melakukan ritual pesugihan. Salah satunya ritual Gunung Kemukus. Namun, pesugihan seperti itu hanya karena ketamakan manusia. Memperoleh sesuatu dengan tidak adil lewat cara-cara spiritual. Spiritual pada intinya hanyalah berusaha menyeimbangkan dan menyelaraskan kosmis alam dan manusia.

MUI Harus Berefleksi

MUI Harus Berefleksi

Ada-ada saja MUI itu. Memfatwakan haram pada golput di pemilu 2009 nanti seperti tidak ada pekerjaan lagi. Katanya, di antara sekian banyak calon, ada yang benar-benar berdedikasi demi kesejahteraan bangsa, termasuk buat umat muslim. Dengan memilih berarti kita berkontribusi aktif dalam menentukan nasib bangsa. Memilih jadi suatu kewajiban. Menggiring kita pada kebodohan massal.

2.05.2009

Iklan Parpol itu Pembodohan

Entah kenapa iklan parpol kita di televisi itu murahan dan monoton. Tidak seperti iklan-iklan produk komersil. Ada sih perbedaan antara iklan politik dan komersil. Tapi kalau iklan politik di Indonesia itu ‘serupa-tapi-tak-sama’ dengan iklan produk. Sama-sama menawarkan cuma kemasan saja yang beda. Sayang, iklan politik tak secerdas iklan produk.

Simak iklan Axe. Dengan slogan “The Axe Effect”, iklannya menawarkan perempuan-perempuan yang tergoda oleh pria pengguna parfum Axe. Walaupun aroma seksualitas kuat disana tapi dikemas dengan cerdas. Tampilan nomor telepon si perempuan jadi acuan Axe.

Katakan Busway, Bukan TransJakarta

Mengganjal. Saya pernah merasa kesal waktu dipersalahkan saat mengucap, “busway.” Kira-kira begini kronologisnya;

Saya : Ya kan gue bilang juga apa. Gue dateng pas jam 9.
X : Tumben. Lu naek apa emangnya?
Saya : Gue tadi abis naek busway dari Blok M.
X : Hahaha... Salah kali. Yang bener tu naek bus TransJakarta. Masak lu anak bahasa Inggris gak ngerti artinya busway. Kan itu artinya jalanan untuk bus. Masak lu naek jalanan bus?

Semalam Dengan Robert Frost

Sangat janggal. Entah kenapa, kali ini saya berada di sebuah kota pantai Florida, AS, sekitar 1949. Saat itu winter, cuacanya membuat badan menggigil, memaksa saya mengenakan jaket yang tebalnya bukan main. Di antara garis pasir yang melandai nan eksotis, saya menyusuri jalan-jalan slum di kota. Tempat perumahan kumuh buruh migran, lokasi selundupan yang sempurna buat ‘mucikari’ buruh.

Sejurus kemudian, datang sesosok penyair kenamaan AS, Robert Frost, menemani saya berkeliling malam. Tak banyak yang mengenalnya, bahkan di kalangan warga AS saat ini. Apalagi ketika kata-kata puitik di AS berubah dinamis. Menjadi barisan narasi dengan nada-nada menghentak, berima dan berirama. Di tangan rapper muda, kata-kata puitik tak lagi diperdengarkan di gedung kesenian saja, melainkan sudah masuk Radio City Music Hall ataupun kantor pusat MTV. Semua bisa jadi penyair handal. Jika eksistensi pribadi ditonjolkan, imbasnya eksistensi yang lain berangsur tenggelam. Ah, sudahlah... Puisi juga bukan cuma hiburan bagi mereka yang dianggap “layak berbudaya”, tapi merayakan imaji jiwa-jiwa yang merdeka.

Sang Kelelawar Hitam Dalam Kegelapan

Jagoan kadang harus bersembunyi dalam gelap, dihujat, dan menderita demi kebenaran. Karena, a true hero rarely expose himself...

Tak heran jika film besutan sutradara Christopher Nolan ini diberi titel The Dark Knight; Ksatria Kegelapan. Begitu pekat jalan ceritanya dan jalinan konflik antar karakter, ditambah plot yang cepat dan didominasi adegan laga malam hari. Film ini bergenre action, namun lebih mengarah ke jenis film noir, suatu film yang menonjolkan eksistensi karakter yang rata-rata bermasalah.

Nolan menempatkan tokoh sentralnya Bruce Wayne (Christian Bale) alias Batman dirundung kegelapan sepanjang cerita. Batman berperan layaknya manusia biasa yang bisa saja bimbang, putus asa, dan cenderung emosional. Kostumnya lebih hitam dengan sosok yang seram dan kejam.

1.31.2009

FPPI Serukan Golput

Selasa (27/1/09) Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) Jakarta menggelar aksi golongan putih (golput). Dalam spanduknya, mereka menyerukan "Sejahtera Dulu, Baru Pemilu". Aksi ini merupakan rangkaian pertama dari demonstrasi selanjutnya yang memuat ajakan golput ke masyarakat.

Bangau Yang Ketakutan

18 gelar Liga dan 5 Liga Champion membuat Liverpool menjadi klub bersejarah di Inggris. Sayang, rekor itu akan disalip The Red Devils.

Berita Duka Cita Untuk ITB

Proses mistis sangat jarang menjadi kenyataan. Kalau saja muncul di hadapan, mudah-mudahan arwah Soekarno memaki rektor ITB sekarang. Ia dengan jelas mendukung pendidikan berbiaya tinggi bagi masyarakat.

Saya lupa nama rektornya. Sudahlah itu tidak penting. Sebab saya jelas mengingat tulisannya di harian Seputar Indonesia. Dalam tulisan yang terdiri dari dua bagian, ia jelas mendukung UU Badan Hukum Pendidikan (BHP). Ia menulis, universitas tak akan dianggap komersialisasi pendidikan seandainya universitas yang bersangkutan benar-benar menggunakan dananya untuk menunjang pendidikan, semisal penelitian dan fasilitas belajar-mengajar.

Sepasang Sepatu dan Sebotol Air Mineral

Perasaan emosi memang mengalahkan rasionalitas. Jika cinta bisa membuat orang buta, maka emosi bisa bikin orang kalap.


Saya tidak tahu tepatnya tanggal berapa. Kira-kira kejadiannya menjelang tahun baru 2009. Yang bisa diingat adalah gambaran roket dan bangunan berwarna gading yang luluh lantak. Siaran RCTI itu mengoyak hati nurani. Perang dan perang lagi. Kali ini, giliran tanah Gaza yang kering menjadi basah. Ada hujan air mata, darah yang mengucur hingga tetesan keringat pemanggul jenazah wanita dan anak-anak Palestina membasahi Gaza. Jika ada etika perang, maka waktu itu etika cuma ada di silabus pendidikan militer Israel. Etika itu menghilang cepat, secepat roket-roket Israel menghantam rumah sakit di Gaza. Lalu hancur...

Program TV Snapshot Yang Payah

Tahu program John Pantau, Metro Snap (yang ini saya lupa namanya..hehehe:p)? Wah program itu kalau dipandang sekilas, memang bagus. Apalagi dalam tayangan itu diperlihatkan "kenakalan-kenakalan" masyarakat kita dalam hal yang paling sederhana: Disiplin. Sayang ada beberapa sisi yang kalau dipandang mendalam, acara ini seperti ajang pembodohan masyarakat. Mungkin acara ini lebih cocok jadi humas kepolisian.