Hanya narasi-narasi. Hanya suara-suara minor. Hanya seseorang.

11.24.2011

Mengumpan dan Bergerak, King Kenny?


Sedikit ulasan tentang hal yang saya gemari: Sepakbola. Sebelum Anda membaca, ada baiknya Anda pahami bahwa ini hanyalah pandangan saya semata mengenai taktik dan strategi. Hal pertama tentang taktik-strategi sepakbola sudah pasti akan saya tulis tentang Liverpool. Tim dengan segudang sejarah dengan nama Kenny Dalglish terukir manis didalamnya.

Pertandingan kontra Chelsea (20/11), bisa jadi harapan baru akan bentuk sebenarnya Liverpool selama ini.

Dikutip dari detik.com, Craig Bellamy memuji permainan Liverpool dibawah arahan Kenny Dalglish. Bellamy menilai Dalglish punya racikan khas untuk memimpin Liverpool kembali ke era 70 dan 80-an—kala Dalglish jadi top skor dan dijuluki King Kenny.

Ciri Dalglish yakni permainan mengalirkan bola secara bebas dan setiap pemain dituntut mobilitas dan kreativitasnya. Tidak seperti jaman Houllier atau Rafa Benitez yang mengandalkan serangan balik. Houllier saat itu mengandalkan Hamann sebagai jangkar, kreativitas Gerrard di lini tengah dan kecepatan Owen saat serangan balik. Taktik sama, namun beda pemain juga diadopsi Rafa. Bertopang pada mobilitas Gerrard dan umpan terukur Xabi Alonso jadi tumpuan, tentu kecepatan Torres jadi barang mutu. Masalahnya, jika si pemain andalan cedera, permainan Liverpool seperti tanpa nyawa.

11.21.2011

Revolusi Satir


Rise of the Planet of the Apes
Rilis : September 2011 (Indonesia)
Produksi : Dune Entertainment
Sutradara : Rupert Wyatt
Penulis Naskah : Amanda Silver dan Rick Jaffa
Pemain : James Franco, Andy Serkis, Freida Pinto, John Lithgow

Siapa berani pada kumpulan kera yang bersatu?


Tak ada netralitas dalam halnya revolusi. Kita mendukung atau mengutuknya. Namun revolusi manusia versus simpanse dalam film Rise of the Planet of the Apes adalah drama satir buat kita, manusia.  Lewat tekniknya di bagian akhir film, sutradara Rupert Wyatt, memang membiarkan penonton memilih. Tentu saja, jika mengikuti alur cerita sedari awal, mungkin Anda (dan sudah pasti saya), akan membela kumpulan simpanse brutal itu.

Film ini dimulai oleh kemampuan spesial hewan ujicoba simpanse bernama Bright Eyes. Dinamai begitu, sebab sejak ia diujicobakan obat terbaru penyembuh Alzheimer, retina matanya berubah kehijauan (Bright Eyes). Kecemerlangan ini membuat tertarik pihak pendana riset. Saat presentasi, si penemu obat William Rodman (James Franco) terkejut pada serangan tiba-tiba Bright Eyes di meja pemegang saham. Ia pun akhirnya mati oleh peluru petugas keamanan. Proyek obat itu dihentikan.

8.25.2011

Masuklah Ke Dunia Astral

Insidious
Rilis: Juni 2011 (Indonesia)
Produksi: FilmDistrict
Sutradara: James Wan
Penulis Naskah: Leigh Whannell
Pemain: Patrick Wilson, Rose Bryne, Ty Simpkins



"Bukan rumah Anda yang dihantui. Tapi anak Anda," Elise Reiner

Di siang bolong, Renai Lambert (Rose Byrne) sedang setengah ketakutan dan setengah penasaran. Berturut-turut penampakan arwah anak kecil sekelebat berlarian di rumah mertuanya. Sambil memegang tongkat golf, ia melihat sepatu dibawah lemari pakaian. Dipukulnya sepatu itu tapi bukan penampakan astral yang ia harapkan. Termenung sejenak, tiba-tiba lemari terbuka. Si arwah anak muncul berlari—sembari diiringi tawa riang yang malah membuat penonton merinding.

Josh Lambert (Patrick Wilson) dan istrinya Renai merupakan tipikal keluarga kelas menengah Amerika. Bersama ketiga anaknya, pasangan itu mendiami rumah baru. Kisah baru dimulai saat anak kedua mereka, Dalton Lambert (Ty Simpkins), mengunjungi loteng. Layaknya bangunan tua yang kerap menyimpan kisah-kisah tersembunyi, begitu pula dengan rumah baru mereka. Sebagai penonton awam, saya mengira rumah itu pemicu hal-hal aneh kemudian. Tapi tidak…

8.21.2011

Dia Yang Hampir Tak Punya Nurani

The Lincoln Lawyer
Rilis : Maret 2011
Produksi : Lionsgate USA
Sutradara : Brad Furman
Penulis naskah : John Romano
Pemain : Matthew McConaughney, Ryan Philippe, Marisa Tomei


Dari kaca jendela mobil Lincoln itu segala ketegangan bermula.



Semua dimulai dari sebuah mobil Lincoln buatan 1980-an. Bagi Mickey Haller (Matthew McConaughey), mobil itu bukan sekedar koleksi antik.  Pekerjaannya yang sibuk sebagai pengacara membuatnya tak bisa diam di tempat. Karena mobilitasnya keluar masuk sidang di LA pula, ia memilih memperlakukan jok belakang mobilnya sebagai kantor berjalan. Ini yang membuatnya berbeda dari pengacara lain.


Haller adalah jajaran top pengacara LA. Caranya yang cerdik menghabisi para jaksa penuntut disukai para kliennya yang kelas kakap. Jika para bandar narkoba, pengusaha culas dan pembunuh terancam pidana oleh polisi, maka Mickey Haller orang pertama yang dihubungi. Sosoknya angkuh. Gesit, tanpa basa basi. Sekilas ia gambaran tokoh antagonis sempurna tanpa nurani.


Dengan penampilan necis itu, Haller tanpa malu menyebutkan harga jasanya. Transaksi pembayarannya secara langsung di jendela mobil Lincoln-nya. Disinilah terdapat adegan menarik. Segerombolan geng motor besar menghadang Haller. Tawar menawar harga tak terelakkan. Tanpa ragu Haller menaikkan harga dua kali lipat. Kepala geng motor itu terlihat pasrah. Diserahkannya amplop coklat tebal. Setelah dikocok-kocok tanpa menghitung, Haller dengan percaya diri meyakini isinya pas. Ia lalu melanjutkan perjalanan.

8.14.2011

Keganjilan


Baiklah, kita memulainya dengan sesuatu yang ganjil. Apa yang kamu tahu tentang diriku? Apa yang kutahu tentang dirimu? Nol. Kita bersekawan dengan padanan. Aku (mem)bimbing, kamu (di) bimbing. Aku (me-) kamu (di-). Pola yang ajek senior-junior.
Kita pun berawal masing-masing dari pengalaman yang ganjil. Kamu dengan pencarian perasaanmu. Dari yang eksentrik, flamboyan, hingga yang kuat. Aku, sementara itu, terikat dengan perasaan lamaku. Berulang kali aku menampik tawaran dan sapaan yang lain. “Itu salah,” begitulah ucap khalayak pada pengalaman masing-masing kita.

7.20.2011

Polisi: Baik Dicibir, Buruk Diumpat

Ini adalah tulisan dari kompasiana.com kiriman saudara Armand, asal Makassar, Sulawesi Selatan. Ia berprofesi sebagai dosen pengajar di Universitas Hasanuddin. Berikut narasinya:

Begitu buruk citra polisi Indonesia, jiwa nan rapuh. Aneka julukan miring tertuju padanya. Rawan lalu lintas penyuapan, amlop, pemberian, hadiah, gratifikasi, ucapan terima kasih, upeti, setoran, sogokan bahkan sampai tindakan pemerasan.
Kabar teraktual, tergadangnya pembesar polisi, Ito Sumardi Vs Nazaruddin -yang sedang bernyanyi merdu di televisi kita- dalam kasus penyuapan yang memperkokoh lilitan problematika internal Demokrat yang kian menyeruak dan seolah tak bertepi itu.
Entah kurikulum apa yang diajarkan saat mereka pendidikan. Benarkah kurikulum 501 masih diterapkan di sana?. 50 juta, 1 calon siswa. Kurikulum 501 telah melahirkan alumni-alumni kompetensi BELOK KIRI alias doyan neko-neko dan mengambil jalan yang keliru karena ia meniru polisi lain dan membuat pelayanan masyarakat jadi pilu.