Hanya narasi-narasi. Hanya suara-suara minor. Hanya seseorang.

8.21.2011

Dia Yang Hampir Tak Punya Nurani

The Lincoln Lawyer
Rilis : Maret 2011
Produksi : Lionsgate USA
Sutradara : Brad Furman
Penulis naskah : John Romano
Pemain : Matthew McConaughney, Ryan Philippe, Marisa Tomei


Dari kaca jendela mobil Lincoln itu segala ketegangan bermula.



Semua dimulai dari sebuah mobil Lincoln buatan 1980-an. Bagi Mickey Haller (Matthew McConaughey), mobil itu bukan sekedar koleksi antik.  Pekerjaannya yang sibuk sebagai pengacara membuatnya tak bisa diam di tempat. Karena mobilitasnya keluar masuk sidang di LA pula, ia memilih memperlakukan jok belakang mobilnya sebagai kantor berjalan. Ini yang membuatnya berbeda dari pengacara lain.


Haller adalah jajaran top pengacara LA. Caranya yang cerdik menghabisi para jaksa penuntut disukai para kliennya yang kelas kakap. Jika para bandar narkoba, pengusaha culas dan pembunuh terancam pidana oleh polisi, maka Mickey Haller orang pertama yang dihubungi. Sosoknya angkuh. Gesit, tanpa basa basi. Sekilas ia gambaran tokoh antagonis sempurna tanpa nurani.


Dengan penampilan necis itu, Haller tanpa malu menyebutkan harga jasanya. Transaksi pembayarannya secara langsung di jendela mobil Lincoln-nya. Disinilah terdapat adegan menarik. Segerombolan geng motor besar menghadang Haller. Tawar menawar harga tak terelakkan. Tanpa ragu Haller menaikkan harga dua kali lipat. Kepala geng motor itu terlihat pasrah. Diserahkannya amplop coklat tebal. Setelah dikocok-kocok tanpa menghitung, Haller dengan percaya diri meyakini isinya pas. Ia lalu melanjutkan perjalanan.

Untuk mendukung kerjanya Haller kerap dibantu Frank Levin (William H. Macy). Seorang detektif juga sobat kentalnya yang piawai dan cekatan menggarap fakta. Mantan istrinya, Maggie McPherson (Marisa Tomei) juga berperan sebagai mata-mata karena profesinya asisten jaksa.

Kemudian, muncul nama Louise Roulet (Ryan Phillipe) dalam kasus yang ditangani Haller. Dikiranya ini kasus percobaan pembunuhan biasa yang melibatkan anak penguasa real estate di LA. Dengan pisaunya di tempat kejadian, Roulet dituduh melakukan percobaan pembunuhan pada pelacur bernama Reggie Campo (Margarita Levieva). Haller memaksa Roulet jujur bercerita. Namun Roulet tetap tegas menyatakan ia tak bersalah. Roulet bukanlah klien favorit Haller, meski pernyataannya meyakinkan dan ia bersedia bayar mahal untuk jasa Haller.

Seperti biasa, Frank Levin dikirim menyelidiki kasus itu. Beberapa kejanggalan mulai terkuak. Tersebut ada satu kasus bermotif sama yang menghubungkan Roulet.

Masalah menghadang kala Roulet mengancam anak dan istri Haller. Terlebih dengan terbunuhnya Frank Levin. Praktis ini membuat pengacara manapun akan mundur. Dengan predikat pengacara wahid, Haller tetap memegang etika profesi membela kliennya. Kita tak tahu apa isi kepala Haller. Sebab di pertengahan jalan selagi ia mengusahakan Roulet bebas dari tuduhan, ia pun tengah menyusun rencana lain menjebloskannya ke bui atas kasus sebelumnya. Nuraninya tersentuh tatkala sahabatnya jadi korban. Ia ingin membalas.

Dari judulnya saja, saya mendapat kesan kalau ini film drama hukum serius. Film tentang suasana meja hijau khas Amerika: Pengacara yang licin nan flamboyan, jaksa penuntut yang kukuh keras kepala dan hakim yang bijaksana. Yang menarik dari film ini yakni plotnya yang cepat diantara film sejenis. Tiap menit terasa berharga untuk dilewatkan.

Racikan sutradara Brad Furman dan penulis skenario John Romano ini berhasil menyajikan ketegangan gaya drama-hukum yang segar. Lika liku Haller mempermainkan fakta di ruang pengadilan asyik ditonton; sangat khas Amerika. Pemilihan pemeran utama kepada McConaughey terlihat sebagai pembuktian profesinya. Bagi penikmat film drama komedi-romantis macam How To Lose A Guy in 10 Days, Ghost of Girlfriend’s Past dll, nama McConaughey tak mungkin lupa. McConaughey dikritik karena terlalu lama bermain di “zona aman” film komedi. Maka di Lincoln Lawyer, McConaughey berhasil memberi kejutan yang bagus. Mungkin pula inilah akting terbaik selama karirnya.

Tiap kita bisa jadi punya daftar film yang layak ditonton bersama-sama lain waktu. The Lincoln Lawyer, mungkin masuk kategori itu. Film ini memang layak diberi penghargaan. Namun tetap tak bisa menggeser film The Devil’s Advocate di koleksi film saya.

4 komentar:

anggar septiadi mengatakan...

gua ijin dah ini serempet-serempet dikit pola menulis resensi film lu, karena, gua jarang nge-resensi film. ada rekomen, selain tempo?

pengukuraspal mengatakan...

yang sering resensi film itu tempo.. sisanya ya di blog orang.

ada juga kadang di kompas minggu. yang bagus ya di media luar (herald, the guardian, nytimes, dll)

pengukuraspal mengatakan...

ngap, itu yang bikin link (baca selengkapnya -->) tu gimana cara?

Biar blog gw keliatan ga padat.

anggar septiadi mengatakan...

itu pas buat entri juga ada, samping ikon yang insert video. insert jump break namnya