Hanya narasi-narasi. Hanya suara-suara minor. Hanya seseorang.

11.23.2008

Makna Seorang Pelacur

Seorang pelacur bukanlah pelaku kejahatan; Ia adalah pahlawan yang berani membuka tabir kebobrokan moral dan problem kemiskinan yang selama ini menutup mata kita.

Kramat Tunggak dahulu dikenal sebagai tempat lokalisasi prostitusi di Jakarta. Begitu pula dengan kawasan Dolly di Surabaya. Kini, Kramat Tunggak bukan sebagai lokalisasi melainkan tempat sentral keagamaan beda dengan Dolly di Surabaya. Pemda saat itu melokalisasi prostitusi dengan alasan agar praktek ini tidak menyebar ke dalam masyarakat. Kalangan aktivis agama dengan tegas menolak lokalisasi ini. Mereka melihat praktek ini hanya melegalisasi dosa.

Adidaya

MTV menyiarkan kesombongan penyanyi rap Amerika dan rumahnya dalam MTV Cribs. VOA menggambarkan alamnya yang tersisa namun masyhur. John hanya menuliskannya.

Ini adalah novel karangan John Steinbeck. Tak ada yang dilebih-lebihkan layaknya novel perang atau percintaan. John, dalam novelnya, adalah laki-laki biasa yang tinggal di Manhattan, New York AS. Lahir di Lembah Salinas, California ia mempunyai satu istri dan tiga anak perempuan. Tak banyak yang mengenalnya untuk sekarang ini. Apalagi dibandingkan dengan artis karbitan kelahiran American Idol. Dia adalah sastrawan. Seperti layaknya sastrawan sedikit yang tahu akan perawakannya, kecuali tulisannya yang menggugah kemanusiaan. Tak banyak yang tahu bahwa ia lah inspirator bagi sastrawan besar Indonesia; Pramoedya Ananta Toer.

Sisakan Satu Bungkus Nasi Uduk Untukku

”..memang nasi uduk menjadi suatu pembebasan; dari rasa lapar maupun ketertindasan hegemonik”, Seno Gumira Ajidarma.

Esai tentang nasi uduk dari Seno tadi kembali mengingatkanku pada seorang penjual nasi uduk. Waktu itu, lapar sedang ganas – ganasnya menyerang saat saya begadang jam 1 malam bersama kawan – kawan. Langsung saja seorang teman berinisiatif membeli nasi uduk secara kolektif. Deru motor segera dipacu mengajakku turut serta. Aneh, karena harga yang dijual hanya Rp. 500,- per bungkus. Terletak di bilangan Srengseng, Jakarta Barat saya tiba diwarung. Warungnya cuma sebuah rumah dengan diameter 4x4 meter dengan diisi 5 orang sekeluarga. Kasihan, terus terang saya tidak tega ketika harus membeli karena menyaksikan realitas seperti itu. Sayangnya, penjual terlanjur pindah lantaran tidak sanggup membayar kontrakan.

Kau Sahabatku Atau Bukan?

”...kesenangan adalah tanda bahwa kematian mulai meraba jiwa manusia”
Pramudya A.T.

Sialan gw lagi bingung mau nulis apa. Tapi karena permintaan fans, iya deh gw tulis juga.
Sebuah hubungan manusia memiliki konsep abstrak. Saking abstraknya tak jelas chemistry apa yang bisa menghubungkan seseorang dengan orang lain. Kadang pertanyaan muncul tak sengaja ”untuk apa aku berhubungan dengannya?”. Tidak bisa dijelaskan atas ragam kebutuhan maupun konsep filsuf terdahulu. Inilah misteri tentang suatu hubungan.

Guru Saya Peterpan

Bagai bintang di surga dan seluruh warna...”, teriak seorang bocah SD mencoba bersenandung.

Apa beda Peterpan dengan guru? Peterpan merupakan salah satu band yang tersohor di Indonesia akhir tahun 2003 hingga sekarang dan mulai melebarkan sayapnya ke mancanegara. Guru, sampai sekarang masih memikirkan bagaimana menyelamatkan keluarganya akan hari esok.

Jual…Dijual Indonesia

Gelisah hari ini (18/7/07). Tak seperti hari-hari sebelumnya, Rabu ini tiket Piala Asia antara Indonesia dan Korsel susah didapat. Kemarin, secara ikhlas jaminan tiket harus dilepas. Anak SR UNJ yang biasa jadi ‘kontributor tiket dadakan’ mendadak bingung. Uang yang terlanjur dibayar terpaksa dipinta kembali. Padahal bisa saja jika dipaksakan.

Drama Petro Dollar

Ada pameo Senayan; Walau harus mati di medan laga, Merah Putih kan selalu berkibar. Sebagai pendukung, inilah saatnya semangat mulai dinyalakan. Satu, dua, hingga puluhan kali menonton laga Merah Putih tak pernah bosan. Ada kegairahan dan ekspektasi berbeda di Gelora Bung Karno ketimbang melihat lewat layar kaca, walaupun Brazil sebagai lawan.

90 Menit Untuk Indonesia

Hari itu (10/7/07) adalah penting. Penting bagi persepakbolaan nasional. Datang dengan harap segudang menanti kemenangan bagi Indonesia atas Bahrain. Menaiki bus 300 jurusan Rawamangun-Blok M jam 12 siang. Lalu, tibalah di Gelora Bung Karno. Langkah cepat pun diambil mengingat antrian tiket yang mulai memanjang.

Riuh ribuan penggila sepakbola (gibol) Indonesia segala penjuru datang ke Jakarta. Tak heran, antrian seperti ular naga memperlihatkan hal tersebut. Semua langkah dan mata gibol tertuju pada tenda berwarna gading. Megah memang. Ada sebuah kotak kayu didalamnya tempat mengantri tiket yang dibuat temporer demi mengantisipasi massa berjumlah ribuan.

Di Atas Lapak Persaudaraan Mereka Bertahan

Faktor modal sosial menjadikan resistensi sektor informal masih berlangsung hingga kini.

Ia terlihat santai. Anton –sapaan akrab Yudi Gunawan-, seakan tidak menghiraukan peliknya masalah ekonomi keluarganya, terlebih ia sedang merencanakan pernikahannya beberapa bulan lagi. Suasana dini hari tak menyurutkan penantiannya pada penumpang yang biasa memakai jasanya saat angkutan kota tak lagi beroperasi. Ia duduk dan bersenda gurau bersama tukang ojek lainnya sambil bermain catur beralaskan kardus bekas dari samping warung kelontong. Tepat di atas gapura yang menuju TK Pembina, Petukangan Utara Jakarta Selatan ini ia biasa ngetem. “Biasanya catur jadi teman buat nunggu sewa (penumpang-red) daripada bete,” kata Anton.

27 Januari

“Sekali berarti, sudah itu mati”, Chairil Anwar.

Desingan peluru merobek langit Solo. Suaranya keras dan tegas mengantar Sang Jenderal ke peraduan terakhir. Sejak prosesi pemakamannya diambil alih negara, upacara khas militer jadi tema pokok. Sistem yang tertata, penuh kepatuhan dan ketaatan. Sebentuk hormat terakhir buat Sang Jenderal.

10 Hari Mencari Ideologi

Seperti hal yang mustahil mencari ideologi dalam 10 hari. Nama-nama besar pemikir sosial dunia pun butuh waktu bertahun-tahun. Apalagi bagi kita yang hidup ditengah tumpukan ideologi; yang bilamana suatu ideologi ditunjukkan malah semakin menebalkan perbedaan.

Sebuah misi mustahil digarap beberapa kawan FPPI. Dengan hajatan bertajuk Sekolah Kader Nasional (SKN), diharapkan kader-kader FPPI tidak hanya kuat secara ideologi, namun dapat bergerak di ruang-ruang masyarakat dengan berbagai macam keahlian. Acara selama 10 hari itu bertempat di Rawamangun dan Depok.