Hanya narasi-narasi. Hanya suara-suara minor. Hanya seseorang.

2.05.2008

Tersambaar Petir Di Terik Mentari

Gelegar halilintar tiba-tiba terdengar. Seperti ada yang salah. Mungkin juga tidak, lalu, apakah ini sebuah keniscayaan?
Malaikat Pencabut Nyawa datang lagi. Ia mengujiku dengan beberapa sentilan. Sekali lagi saya lolos. Seeet... Kemudian saya lolos lagi untuk kedua kalinya.

Sial, ditengah peluh tubuh dikuras matahari panas, saya bosan. Kenapa kejadian ini lagi? Di tanah para Dewa, saya tak tahu apa yang sedang terjadi disini. Saya dipertemukan lagi dengan Malaikat Pencabut Nyawa. "Kalau memang bukan waktuku, kenapa datang?" tanyaku.
"Saya hanya ingin menggoda saja, lumayan buat latihan," balasnya.
"Kamu tahu? Saya begitu takut terhadapmu," ucapku.
"Baiklah. Saya tak akan mengganggumu lagi, saya juga salah," ujarnya.
Sejumlah hari terlewati tanpa cerita antara aku dan Malaikat Pencabut Nyawa. Ingin rasanya pulang kembali ke kota Ibu Tiri. Cukup sudah perhelatanku di tanah Dewa ini. Aku mengagumi pulau ini, hanya saja ini bukan rumahku.
Rumahku yang sebenarnya setumpuk cobaan. Tak ada harapan. Hanya berisi tuntutan melulu. Tuntutan yang membuat saya candu akannya. Tapi, siapa bilang disana tak ada harapan? Diantara belantara masalah, saya tanamkan benih masa depan. Benih yang akan saya nikmati pohonnya kelak. Aku beri pupuk, kusirami dan kurawat. Sayangnya, jarang sekali itu kulakukan.
Harapan untuk pulang sudah kukemas sedemikian rupa. Menjadi modal lebih pemompa semangat menyelesaikan sisa kewajiban di tanah Dewa.
Tak dinyana, saya tersambar petir di terik mentari. Saya pun enggan pulang. Ketika disini waktu seakan memburu, di seberang sana harapan sirna.
Saya langsung buru-buru mencari Malaikat Pencabut Nyawa. Akan kuomeli dia karena ini bukan waktuku, sebab saya masih hidup untuk berlari mencarinya. Ini bukan soal rasa ingin tahu, tapi perasaan yang kuat. Siapa tahu ia datang lagi, akan kucari dia.
Terus terang saya marah. Apa yang ia kirim kali ini? Saya masih bisa bernapas, jalan, bicara, berpikir dan marah. Anehnya, kenapa separuh nyawa saya hilang hari ini? Pasti ada hubungannya dengan Malaikat Pencabut Nyawa..

Tidak ada komentar: