Hanya narasi-narasi. Hanya suara-suara minor. Hanya seseorang.

11.23.2008

10 Hari Mencari Ideologi

Seperti hal yang mustahil mencari ideologi dalam 10 hari. Nama-nama besar pemikir sosial dunia pun butuh waktu bertahun-tahun. Apalagi bagi kita yang hidup ditengah tumpukan ideologi; yang bilamana suatu ideologi ditunjukkan malah semakin menebalkan perbedaan.

Sebuah misi mustahil digarap beberapa kawan FPPI. Dengan hajatan bertajuk Sekolah Kader Nasional (SKN), diharapkan kader-kader FPPI tidak hanya kuat secara ideologi, namun dapat bergerak di ruang-ruang masyarakat dengan berbagai macam keahlian. Acara selama 10 hari itu bertempat di Rawamangun dan Depok.


Muka-muka asing menghiasi ruang pertemuan hari pertama. Maklum saja, kader FPPI yang tersebar di daerah-daerah Indonesia berkumpul disana. Dari tanah Medan hingga kepulauan Maluku turut serta mengikuti pelatihan. Tapi Bhinneka harus menjadi Ika supaya tetap tunggal di payung Indonesia. Satu persatu kawan-kawan berbagai daerah saling berjabat dan sodor nama. Pertalian ini menjadi penting adanya mengingat gencarnya aksi separatisme belakangan. Sesuai dengan temanya; Defending Our Republic For Respublica. Kebekuan sontak berubah cair.

Ideologi sampai hari ini masih menjadi isu hangat. “Apa yang Indonesia anut?”, begitu kira-kira pikir sebagian kawan-kawan. Memang, membaca ideologi yang dianut Indonesia tidak lepas pengaruhnya dari konteks global. Maka sebelum terlalu berasyik masyuk diskusi ke-Indonesia-an, kawan-kawan lebih dulu membahas dua kutub besar ideologi dunia; sosialisme dan kapitalisme.

Sebagian besar sudah tahu bahwa komunisme (hasil racikan Lenin dipadu pemikiran Marx) hancur bersama pecahnya Uni Sovyet akhir 1980-an. Sebagai pencetus sosialisme, Karl Marx tak sadar kemarahannya atas kapitalisme akan melahirkan antitesis baru. Hari-hari awal pertemuan saat itu memang membedah pemikiran Marx.

Marx pada fase awal pemikirannya membicarakan bagaimana eksistensi manusia adalah pekerjaannya. Dari pekerjaannya mengolah alam untuk kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, dan papan terciptalah jembatan sosial manusia. Jembatan terbentuk karena barter antar sesama demi kemakmuran bersama. Hadirnya uang mengubah segalanya. Itulah faktor utama, menurut Marx, simbol keterasingan antar manusia.

Marx sangat keukeuh pada pernyataannya mengenai cara produksi suatu masyarakat akan mempengaruhi proses pengaturan masyarakat itu sendiri. Cara produksi (basis strukutur) adalah tenaga kerja, sasaran kerja, alat kerja (tenaga produktif) berpadu dengan hubungan produksi. Bermula dari proses produksi masyarakat itu memunculkan kesadaran (supra struktur) yang melahirkan pendidikan, kebudayaan, agama, birokrasi, hukum dll. Lahirnya pemikiran Marx bukan tanpa sebab. Ia melihat ada ketimpangan di cara produksi masyarakat oleh kapitalisme. Gagasan tersebut mengkristal ketika kesenjangan antara kaum buruh dan pemilik modal melebar. Teorinya tentang pencurian nilai lebih oleh kelas pemilik modal kepada kelas buruh makin menjelaskan ketertindasan dan keterasingan. Sebab, setelah pengusaha balik modal keuntungan bersih selanjutnya dinikmati secara akumulatif tanpa dirasakan kaum buruh.

Pembacaan ideologi marxisme yang beralih ke komunisme di dunia banyak ditentang. Dalam pertemuan Komunisme Internasional, Mao Tse Tung dari Cina tidak setuju bahwa penggerak revolusi dari kaum buruh. Sebab di Cina mayoritas petani. Begitu juga dengan Tan Malaka yang menjelaskan bahwa di Indonesia faktor agama tidak bisa dilepaskan begitu saja menuju revolusi.

Masuk pada fase kedua, yaitu kapitalisme. Hanya bermodal duit bantingan, malam pun dilawan kawan-kawan. Ciri masyarakat Indonesia yang bergotong royong dipertahankan. Jangankan dinginnya malam, nyamuk pun enggan berhadapan langsung dengan kami. Pasalnya, duit tadi selain membeli logistik tambahan juga dipergunakan untuk losion anti nyamuk!

Membedah kapitalisme masih berkaitan dengan Marx sebagai pengkritik paling tajam teori tersebut. Marx dalam teori materialisme historis mempersoalkan perkembangan Revolusi Prancis. Jika di banyak buku sejarah awal kisruh revolusi karena gaya hidup keluarga Raja Louise XIV yang mewah, pemungutan pajak, dan budaya korup kaum agamawan maka Marx melihat lain. Fase masyarakat di materialisme historis (komunal primitif-feodalisme-kapitalisme-sosialisme) menjelaskan hal itu. Mengapa setelah feodalisme justru lahir kapitalisme? Apakah ada kesalahan dalam Revolusi Prancis? Ternyata prediksi Marx tentang gesekan di cara produksi menjadi sebab.

Karakter masyarakat feodal masih menghamba pada raja. Gesekan pun terjadi ketika rakyat tersadarkan oleh beberapa kelas menengah (pedagang) yang menawarkan solusi pasar. Hasil produksi yang terus menerus untuk raja tidak menghasilkan keuntungan berlebih. Pasar bisa bicara banyak. Revolusi pun terjadi ditandai pemenggalan kepala raja Louise XIV dan istri. Fase berlanjut ke era Merkantilisme, fasenya pedagang. Dalam perkembangannya, akumulasi modal melahirkan kapitalisme dengan ditemukannya mesin uap oleh James Watt. Revolusi Industri pun dimulai.

Adalah Adam Smith yang menasbihkan kapitalisme dengan teori liberalismenya. Menurutnya, manusia sejatinya adalah makhluk bebas. Kelas sosial lambat laun terbentuk. Ada pemilik modal yang mengimpikan laba, tuan tanah yang mengharap sewa dan buruh yang terima upah. Pembagian atas ini akan menemui wujud adilnya sendiri, kata Smith. Tandasnya lagi, akan ada semacam tangan hantu (invisible hand) yang mengaturnya bernama mekanisme pasar. Barang akan berputar menurut penawaran dan permintaan. Tangan inilah yang mengatur supaya stabil.

Seribu Topeng Kapitalisme
Merujuk kritik Marx dengan teori nilai lebihnya, teori Adam Smith gagal. Adapun yang memperbaharuinya yaitu David Ricardo. Menurutnya, antar negara harus berperan serta dalam perdagangan global. Berpegang pada keunggulan komparatif tiap negara niscaya keseimbangan akan terjadi. Ini pun tak lepas dari kritik. Negara agraris memproduksi makanan dan negara industri memproduksi bahan baku sandang dan papan. Kebutuhan atas pangan pasti berbatas, namun keinginan akan barang tak terbatas. Ketidakadilan terjadi lagi antar negara.

Ada lagi pembaharuan. Keynes lah aktornya. Baginya kontrol negara atas perdagangan global diperlukan. Gejolak penjajahan dan bangkitnya negara terjajah mulai melunturkan kapitalisme di pertengahan 1940-an. Akibat perang banyak negara rugi berat. IMF lahir untuk mengatasi masalah tersebut. Dimotori Milton Friedman dan dijaga pengusaha kelas kakap dunia ajakan untuk memberikan bantuan berbunga dilancarkan.

Gagasan terbaru mengenai utang kepada negara berkembang untuk membangkitkan perekonomian mulai gencar. Inilah era neoliberalisme ekonomi. Diawali oleh Inggris dengan Ratu Elizabeth didukung oleh Ronald Reagan asal Amerika neoliberalisme mulai diterapkan. Aset-aset penting negara diprivatisasi. Penyerahan ini menimbulkan mahalnya akses-akses krusial warga. Satu-satunya kontrol negara adalah menjaga keberlangsungan proses tersebut.

Negara-negara berkembang giliran kena getah utang IMF. Bantuan uang telah menjebak negara menjual aset pemasukannya untuk dijual ke pihak asing. Sektor-sektor vital seperti pendidikan dan kesehatan mulai dipangkas demi pelunasan utang. Industri-industri luar negeri mulai didirikan di negara pengutang, salah satunya Indonesia. Menggusur pertanian dan mengambil sumber daya alam merupakan penindasan yang nyata didepan mata hingga kini.

Dan Indonesia...
Setelah berpusing ria, hari-hari berikutnya giliran kawan-kawan memikirkan bumi pertiwi. Pertarungan dua ideologi beserta kritiknya memunculkan tanya; apa pengaruhnya bagi Indonesia?

Marx pernah bilang, sebuah ideologi haruslah bersifat dialektis, mengalir sesuai zaman. Ideologi harus lahir dari proses sejarah bangsa itu sendiri. Dengan begitu, Marx pun tak menyangkal dirinya dapat dikritik. Buktinya, pemikir Italia Antonio Gramsci berpendapat terbalik dengannya. Saat ini, tidak lagi kenyataan mempengaruhi kesadaran, melainkan kesadaran pun bisa mempengaruhi kenyataan. Ini berdasar pengalamannya mengorganisir buruh Italia.

Indonesia sebagai negara bekas jajahan memang pelik. Bacaan Marx melenceng. Ia menyebut negara jajahan berciri Asiatic -malas dan butuh diberadabkan Eropa. Padahal secara sejarah, Asia adalah pusat peradaban tertua. Hampir semua agama besar dunia lahir disini. Untuk Indonesia, kondisi alam menyebabkan orang-orangnya hanya berleha-leha menunggu musim pas untuk menanam. Bukan malas.

Tapi kesalahan paling dasar yakni pembacaan perkembangan masyarakatnya. Pasca feodalisme, Indonesia tidak berubah menuju kapitalisme. Ada selubung kolonialisme yang menyelinap diantaranya. Akibatnya, di Indonesia feodalisme belumlah mati namun kapitalisme juga masih merajai. Kelas buruh di Indonesia pun tak jelas. Seorang bisa jadi petani di pagi hari dan buruh di malam hari. Ada celetuk kawan yang cukup logis, “Kesalahan Marx satu-satunya gara-gara ia tak pernah ke Indonesia”.

Lantas, apakah kapitalisme atau neoliberalisme cocok? Patut diingat, misi awal Eropa datang ke Indonesia adalah memberadabkan dan menjajah. Dengan kongsi dagang VOC, Belanda merampas hasil sumber daya alam Indonesia. Pertempuran rempah-rempah bisa disebut begitu. Sementara itu, transfer kapitalisme di Belanda juga belum tuntas. Makanya, untuk menjajah membutuhkan uluran tangan raja-raja kecil Indonesia. Mendirikan kantor-kantor dan gudang suplai VOC itulah awal kapitalisme cangkok ala Indonesia.

Efeknya terasa hingga kini. Apa yang digemakan tentang perdagangan bebas oleh WTO dengan aktor-aktor pengusahanya hanya berisi pencangkokan lahan industri. Indonesia menyediakan lahan, sementara perusahaan asing menghisap SDA, buruh murah dan mengakumulasikan laba untuk mereka sendiri. Industri Indonesia tidak berlangsung dari bawah. Hampir semua industri berlangsung atas curahan investasi yang berarti dari atas ke bawah.

Semua ketidakcocokan dan penderitaan Indonesia semakin meruncingkan persoalan. Beragam budaya, bahasa dan agama yang tumbuh menjadi kekhasan permasalahan Indonesia. Nasionalisme-Demokrasi-Kerakyatan (Nademkra) yang menjadi pilihan perjuangan FPPI coba diselaraskan. Nademkra sendiri merupakan pembacaan konteks kekinian yang berdasar atas sifat globalitas, nasionalitas dan lokalitas.

Nasionalisme banyak varian dan persepsinya di berbagai buku. Namun kata inilah yang berhasil mengusir penjajah. Atas dasar satu penderitaan, semua daerah di Indonesia berjuang bersama. Tak lagi sendiri-sendiri. Sekarang, setelah invasi asing jilid dua muncul lagi melalui aliran modal, ditambah aksi separatisme belakangan perjuangan bersifat kedaerahan hanya sia-sia. Butuh nasionalisme. Perasaan nasionalisme inilah yang mulai hilang justru di kepemimpinan jenderal otoriter masa Orba. Bangunan karakter kebangsaan hancur. Apa yang terjadi di Papua bukanlah urusan Jakarta, begitu pun sebaliknya. Rasa senasib, sebangsa, setanah air butuh dipertahankan ditengah gencarnya orang membuat perbedaan dengan sesama. Baik atas dasar suku, agama atau ras.

Untuk menyelesaikan masalah perbedaan pandangan SARA di Indonesia; obat apalagi yang terbilang cukup ampuh selain demokrasi. Walaupun kritik atas demokrasi tetap berlangsung, namun belum ada solusi yang terbaik selain demokrasi. Berkembangnya sekarang ini ideologi berdasar agama bukanlah solusi. Agama dimaknai sebagai spirit utama dalam bekerja dan menolong sesama dalam ketertindasan. Banyak negara telah menggunakan agama untuk bangkit melawan kekuatan asing seperti Libya dan Venezuela. Kata Marx, agama adalah candu. Kawan-kawan diskusi justru berpendapat agama adalah salah satu kekuatan membebaskan manusia dari keterjajahan. Bukan menonjolkan salah satu agama yang malah menambah runyam persoalan Indonesia yang majemuk.

Telah dijelaskan bahwa kritik demokrasi pasti ada mayoritas dan minoritas. Mayoritas cenderung pemenang. Akan tetapi, demokrasi juga menjamin setiap orang mendapat hak untuk bersuara, hidup, memilih dan dipilih selama ia tidak bermasalah di masyarakat. Koridor kerakyatan merupakan filter yang cukup mumpuni. Segala keputusan secara demokratis haruslah didasarkan kepentingan rakyat.

Yang sedikit membingungkan apakah pemerintah juga rakyat yang butuh bersuara? Sahutan seorang kawan itu menambah bingung massa diskusi. Penjelasan bahwa rakyat dan pemerintah harus dipisahkan. Rakyat adalah kelas buruh, nelayan dan petani. Merekalah penggerak utama negeri ini. Pemerintah, pengusaha dan kelas menengah lainnya seperti mahasiswa justru pelayan rakyat. Mereka harus memastikan kedaulatan negara ada di tangan rakyat.

Dari hasil diskusi tersebut, beberapa kawan menyimpulkan berbeda. Sekali lagi, inilah demokrasi. Asal semua bisa merasakan penderitaan bersama dan dilakukan atas kepentingan rakyat. Nademkra memang berasal dari irisan berbagai pemikiran di Indonesia. Dari agama, pemikiran dari luar, sampai kearifan lokal ada disana. Nademkra pun ditujukan memaksimalkan hak ekonomi-politik di tiap daerah yang selama ini dininabobokan dengan otonomi daerah. Otonomi yang berujung kepentingan elite lokal. Semua potensi daerah harus dimaksimalkan, sambil tak lupa saling membantu sesama.

Memang masih belum tuntas bicara ke-Indonesia-an. Setidaknya kerangka utama berpijak sudah bisa diraba. Ideologi tidak bersifat kaku. Nademkra hanyalah prinsip perjuangan khusus saat ini.

Lelah dengan ideologisasi, peserta SKN disibukkan dengan agenda pelatihan skill hidup. Diantaranya adalah bagaimana membuat koperasi, berlatih jurnalistik, mendalami advokasi dan membangun pendidikan alternatif.

Acara SKN selama 10 hari memang sangat melelahkan. Apa yang dicari untuk pegangan hidup hanya berlangsung dalam gelintir hari. Non stop dan seperti rally panjang dalam bulutangkis. Sudahlah... SKN telah berakhir tapi masih harus digemakan semangat, skill dan wacananya ke semua. Berkembang permasalahan baru. Penulis -seperti juga peserta lain- masih kebingungan soalnya kehabisan ongkos. Alhamdullilah, beberapa kawan dari Jakarta datang bawa tunjangan. Akhirnya bisa pulang, meski menanggung utang. Biarlah... Asal tidak seperti pemerintah Indonesia.

File Lawas, 18 Agustus 2007.

2 komentar:

KingKing mengatakan...

coba pas aku praNDK kamu bawa tulisan ini aja... hehehe

pengukuraspal mengatakan...

pusing bacanya... ga cocok untuk pembedahan pemikiran di face awal..