Hanya narasi-narasi. Hanya suara-suara minor. Hanya seseorang.

3.13.2012

Segarnya Romansa Saintifik


The Adjustment Bureau
Sutradara : George Nolfi
Penulis Naskah : George Nolfi, Philip K. Dick
Rilis: 2011
Pemain: Matt Damon, Emily Blunt, Anthony Mackie dan Michael Kelly

 Akhirnya kita bisa membela Matt Damon yang tak lagi diliputi aroma balas dendam, melainkan dalam perjuangannya akan cinta…



Saya termasuk orang yang tidak cepat jatuh hati pada film jenis sains fiksi. Hanya beberapa yang saya ingat; Trilogi Matrix, Inception, Source Code, dan lain lain. Rumus paling sering ditemui (dan paling ampuh menurut saya) adalah memadukan jalan ceritanya dengan aksi laga. Kalaupun di Matrix ada romansa terbersit, itu hanya bumbu.

Film Adjustment Bureau (Biro Penyesuaian) ini benar-benar membuatku terkejut. Positif tentunya. Lihat saja sampulnya: Sepasang pria dan wanita berlari dikejar sesuatu dengan siluet pria berjas fedora dan topi ala tokoh blues James Brown tahun 1950-an.

Faktor keterkejutan yang paling sangat bisa jadi adalah Matt Damon. Sosok sentral dalam trilogi film Bourne, tampil disini sebagai sosok ambisius namun juga penuh kasih sayang. Ia termasuk jajaran atas aktor Hollywood dalam urusan film laga. Sangat jarang saya lihat dalam film Matt Damon bisa intim dengan wanita, romantis, namun tekad sekuat baja.

Mulailah kita dengan adegan pemilihan senator AS. David Norris (Matt Damon) punya segudang impian menjadikan daerahnya lebih baik. Ia muda, ambisius dan punya mimpi besar. Ketika masa penghitungan suara, peluangnya mengecil jadi senator karena dianggap muda dan ceroboh oleh masyarakat. 

Dalam pidato menanggapi kekalahannya, ia pergi ke toilet pria guna melatih pidatonya. Siapa sangka inilah jadi titik mula perlawanannya dengan takdir. Tiba-tiba ia bertemu Elise Sellas (Emily Blunt), perempuan yang baru saja mengacaukan perkawinan. Dengan obrolan singkat nan padat, jeratan asmara mulai terbentuk.

David pun sangat terkesan dengan Elise. Hingga tiga tahun berlalu, ia bertemu kembali dengannya di dalam bus. Jalan cerita mulai meningkat sebab pertemuan itu tidak dirancang oleh “takdir”. Sampai ia dikantornya, banyak petugas terlihat membekukan orang-orang sekitarnya. Ya, merekalah Biro Penyesuaian, sang “penegak takdir”. Dengan kostum jas panjang fedora dan topi ala musisi blues.
David ditangkap oleh Biro Penyesuaian. Mereka menjelaskan pekerjaannya melakukan koreksi terhadap takdir manusia. Saat mereka lepas tangan muncul bencana sejak jaman Depresi Besar, Holocaust sampai Perang Dunia II. Takdir adalah pekerjaan yang mereka atur. Film ini pun menjelaskan pertautan sekaligus kebimbangan umat manusia atas kehendak bebas. Sejak manusia diberi kebebasan, manusia tingkahnya malah semakin buas dengan kekuasaan.

Mereka memperingati David bahwa jodohnya bukanlah Elise. Jika ia kukuh pada Elise, maka akan menghancurkan karir keduanya: David bisa saja menjadi Presiden AS dan Elise seorang balerina klasik terkenal.

Dalam situasi tersebut, masih saja ada agen biro Richardson (Anthony Mackie) yang memiliki koneksi emosional dengan David. Ia pula yang mendampingi dan mengatur takdir ayah David. Ayah David merelakan nyawanya karena juga diberitahu Richardson anaknya akan menjadi presiden.

Jalan cerita makin membuat penasaran sekaligus menarik. David tetap berhubungan dengan Elise, bahkan semakin intens dan intim. Ini juga menjadi kritik pada biro. Sebagai manusia David pun punya pilihan antara cinta dan takdir karirnya. 

David pun mesti berhadapan dengan biro. Sebab jika rahasia biro bocor, maka ingatan David akan dihapus permanen. 

Plot berkembang menjadi kejar-kejaran kucing-tikus macam Tom dan Jerry. Andai Anda bukanlah penyuka film bergenre seperti Matrix dan Inception (sebuah dunia dalam dunia), mungkin dari awal Anda akan meninggalkan film ini. Mmmh, mungkin juga tidak. Sebab kisah cinta David-Elise melawan “penegak takdir” terlalu seru buat dilewatkan. 

Saat biro senior Thompson (Terence Stamp) diturunkan, saya menduga kisah akan selesai. Tapi David dan Elise sudah tahu rahasia biro dan topi klasik yang bisa menembus ruang melalui pintu. Mereka ingin melawan dan membuktikan cinta merekalah  takdir sebenarnya. 

Pujian patut dilayangkan pada jalan cerita ciptaan George Nolfi dan Philip K. Dick yang segar dan cerdas. Satu kata yang membuatnya brilian: Penasaran. Kita selalu dibuat penasaran apakah David dan Elise mampu mengatasi “takdir”?

Dengan naskah dan latar tempat yang tak terlalu ribet, maka tak ada kritik soal efek visual. Penonton hanya digiring balik ke era 1950-an dengan jas panjang, topi dan dekorasi kantor Biro Penyesuaian. Akting paling menonjol masih terletak di pundak Matt Damon. Sementara lainnya cukup menunjang film ini terasa lebih hidup. 

Seharusnya film ini bisa lebih berani mengeksplorasi cerita terhadap takdir dan nasib biro. Saya mengira para sineas menghindari akibat lebih jauh karena mengandung sensitivitas keagamaan. Biar begitu, sebagai hiburan, film ini berhasil memberi kita ketegangan yang asyik.

Tidak ada komentar: