Hanya narasi-narasi. Hanya suara-suara minor. Hanya seseorang.

1.31.2009

Program TV Snapshot Yang Payah

Tahu program John Pantau, Metro Snap (yang ini saya lupa namanya..hehehe:p)? Wah program itu kalau dipandang sekilas, memang bagus. Apalagi dalam tayangan itu diperlihatkan "kenakalan-kenakalan" masyarakat kita dalam hal yang paling sederhana: Disiplin. Sayang ada beberapa sisi yang kalau dipandang mendalam, acara ini seperti ajang pembodohan masyarakat. Mungkin acara ini lebih cocok jadi humas kepolisian.


Saya paling hapal sih John Pantau. Selain pembawa acaranya pecicilan, ia juga blak-blakan mengomentari siapapun masyarakat kita. Entah pegawai kantoran, PNS, supir, tukang ojek hingga anak sekolah. Melihat niatnya, John Pantau memang menuju sebagai program sarat edukasi. Sayangnya, saya tak setuju ketika John Pantau seakan membodoh-bodohi masyarakat kelas bawah -contoh: ojek sepeda yang melawan arah, pedagang yang mengambil sebagian trotoar dll.

Mengesalkan, memang, melihat polah masyarakat kita yang kelas bawah. Mengambil trotoar yang jadi sumber kemacetan, menyeberang sembarangan padahal ada jembatan. Seperti itulah...

Tapi coba lihat perilaku pejabat kita? Terang-terangan mereka korupsi. Money politic jadi legal, gusur sana-sini demi proyek sesaat. Tak percaya? Lihat saja halte busway (ada alasan kuat mengapa saya tidak pakai kata Trans Jakarta!) di perempatan Pancoran. Letaknya di jalur cepat, bodoh kan? Pembangunan yang mengacu ke fisik saja tanpa memikirkan esensi dan dampak yang kerap terjadi.

Sebenarnya siapa sosok yang seharusnya digugu? Pejabat? Gubernur? Presiden? Negara kita masih patron, bung! Masyarakat masih melihat siapa yang diatas. Jika acara ini berlanjut tanpa perbaikan, rasanya percuma saja. Masyarakat kita terus-terusan dibodohi.

Saya pernah melihat tulisan yang cukup menarik, meski pendek. Tentang jembatan penyeberangan. Inilah contoh yang harus menjadi perbaikan acara-acara mirip John Pantau dkk. Jika seseorang menyeberang tidak di jembatan, bukan karena ia melanggar lalu lintas, tapi lebih merupakan penuntutan hak pejalan kaki yang selalu tersisih kendaraan bermotor.

Lihat saja di kota besar dunia; New York, London, Amsterdam dll. Mana ada jembatan penyeberangan yang melintasi jalan raya yang bukan jalan tol atau sungai?! Katanya Jakarta akan megapolitan agar sejajar dengan kota-kota ternama dunia itu. Hak pejalan kaki saja tidak diperhatikan, bagaimana ini?

Dan John Pantau mengolok-olok mereka yang menyeberang di jembatan. Menyebut mereka tak tahu aturan dan membahayakan diri. Dan saya mengolok-olok John Pantau disini karena kebodohan mereka sendiri...

Tidak ada komentar: