Hanya narasi-narasi. Hanya suara-suara minor. Hanya seseorang.

2.05.2009

Sang Kelelawar Hitam Dalam Kegelapan

Jagoan kadang harus bersembunyi dalam gelap, dihujat, dan menderita demi kebenaran. Karena, a true hero rarely expose himself...

Tak heran jika film besutan sutradara Christopher Nolan ini diberi titel The Dark Knight; Ksatria Kegelapan. Begitu pekat jalan ceritanya dan jalinan konflik antar karakter, ditambah plot yang cepat dan didominasi adegan laga malam hari. Film ini bergenre action, namun lebih mengarah ke jenis film noir, suatu film yang menonjolkan eksistensi karakter yang rata-rata bermasalah.

Nolan menempatkan tokoh sentralnya Bruce Wayne (Christian Bale) alias Batman dirundung kegelapan sepanjang cerita. Batman berperan layaknya manusia biasa yang bisa saja bimbang, putus asa, dan cenderung emosional. Kostumnya lebih hitam dengan sosok yang seram dan kejam.


Sementara itu, Joker (Heath Ledger) mendapat perhatian lebih dalam film produksi Warner Bros Pictures ini. Joker sangat misterius, sadis dan penyuka kerusuhan. Bagi Joker, kejahatan adalah permainan yang menyenangkan dan kekacauan di Kota Gotham adalah bentuk terapi baginya.

Kemunculan Joker mendominasi, bahkan melebihi Batman. Dalam adegan pertamanya dikisahkan bagaimana Joker, selain menguras habis bank, juga menghabisi rekan kriminalnya. Antagonis yang dihadirkan The Dark Knight ini benar-benar berbeda. Kasar, tanpa ampun, sekaligus brilian. Pulasan tebal riasan wajah putih, beserta perona merah bibir yang menyamarkan bekas jahitan di kedua sisi pipinya menambah kesan angker.

Peran pendukung dalam film The Dark Knight juga dibekali karakter yang kuat. Pemeran pendukungnya antara lain Jim Gordon (Gary Oldman), Harvey Dent (Aaron Eckhart), Rachel (Maggie Gyllenhaal). Perang mental dan psikologis yang disulut Joker kerap mewarnai hubungan antara mereka.

Untuk membasmi kejahatan, Batman dibantu seorang Jaksa Wilayah, Harvey Dent yang sering memenjarakan mafia kakap dengan keahliannya di meja hijau. Batman juga dibantu Letnan Polisi Gotham, Jim Gordon.

Aksi brilian nan kejam Joker mulai menghancurkan kota. Nyawa warga sipil dan aparat kepolisian ibarat boneka permainan. Joker berhasil menarik perhatian beberapa organisasi kejahatan dan mafia untuk bekerja sama. Alih-alih bersatu padu, lambat laun malah Joker yang menguasai organisasi kejahatan tersebut. Tak ada yang bisa menghentikannya, Batman pun tak sanggup.

Joker berhasil membuat Batman bimbang. Tujuan utama Joker sebenarnya sederhana. Ia ingin mengetahui siapa sebenarnya pria di balik topeng hitam kelelawar itu.

Rencana pun dibuat oleh Harvey dan Batman. Kepada media massa, Harvey mengaku ia lah sosok Batman sesungguhnya. Harvey menjadi umpan bagi Joker. Batman lalu datang untuk menyelamatkan Harvey, sambil mengejar rival abadinya. Joker akhirnya tertangkap.

Tapi, aksi kejahatan Joker tak berhenti sampai sini. Diam-diam di balik jeruji, ia menyusun rencana besar lainnya. Joker menyandera orang-orang yang dicintai Batman, yakni Harvey dan Rachel. Terjebak dalam dilema memilih orang yang dicintai atau teman yang telah membantunya.

“You are here to complete my life”, begitu kata Joker saat menatap Batman di ruang interogasi. Batman adalah penyempurna kehidupan Joker. Joker tak bisa hidup tanpa Batman yang selalu membereskan kekacauan yang ia perbuat. Maka dari itu, ia tak bisa membunuh Batman. Hanya membuatnya menderita diantara pilihan sulit, memainkan sisi emosional sang pahlawan.

Batman lantas memilih menyelamatkan Harvey. Harapannya, ia bisa menjadi pahlawan Kota Gotham kelak. Di lain sisi, Rachel pun meledak bersama reruntuhan gedung tempatnya disekap. Harvey malah menaruh dendam terhadap Batman yang memilih menyelamatkannya ketimbang Rachel, yang juga tunangannya. Harvey adalah cikal bakal Two Face, musuh Batman yang mengandalkan lemparan koin dalam mengambil keputusan.

Kualitas Film
Totalitas peran Ledger memainkan tokoh psikopat layak diacungi jempol. Demi mendalami karakter, Ledger rela mengunci dirinya sebulan di kamar untuk mengilhami psikologi Joker. Lihat saja adegan ketika Joker meledakkan rumah sakit umum. Seperti main-main tapi menakutkan.

Joker berhasil memikat movie-goers dan mengaburkan batas antara kebaikan dan kejahatan. Pasalnya, penikmat film justru ingin menerka apa yang akan dilakukan Joker selanjutnya daripada aksi Batman.

Sekuel Batman Begins ini memang bukan film superhero biasa. Lebih realistis. Dari tata tempat, sangat terbalik dengan film Batman sebelumnya: Batman Returns, Batman Forever dan Batman and Robin. Kota yang dihadirkan merupakan sebenar-benarnya kota; lengkap dengan kemacetan, riuhnya media massa dan gedung-gedung pencakar langit. Ledakan di film pun terasa nyata.

Lengkapnya detail cerita, plot yang melompat dan menggebu membuat mata enggan terpejam. Setiap adegan punya cerita sendiri dan saling berkaitan. Alhasil, akan hambar jika tak menyimak jalan cerita hingga kelar.

Tak banyak pameran CGI (computer generated animation) atau unsur fashion dalam alat-alat canggih dan rumit khas film superhero lainnya. Batmobile lebih mirip panser, jauh dari kesan mewah. Batman juga bukan seorang yang berasal dari planet rekaan, seorang yang mengalami kecelakaan di lab, ataupun agen rahasia negara. Hanya seorang miliarder penyendiri. Musuhnya, Joker, tak punya alat canggih sama sekali, tak punya markas megah, hanya punya pengawal berandalan. Modalnya cuma otak yang cerdas.

Ketika banyak kritikus memuji peran Ledger, kehadiran Batman seakan terpinggirkan. Namun, sosok kepahlawanan Batman patut dicermati. Terilhami oleh penyerahan diri Harvey, Batman bersedia dipersalahkan atas segala sesuatu.

Di akhir cerita, Batman menang, namun ia menghadapi kecaman sosial. Seperti film Spiderman 3, sang jagoan dihujat, kehadirannya tak diharapkan lagi. Batman bersedia menanggung kesalahan membunuh Harvey, tokoh favorit Kota Gotham. Ia juga melawan polisi ketika berusaha menyelamatkan warga yang mau ditembak karena berpenampilan seperti kawanan Joker. Batman akhirnya menutup markasnya sendiri, lalu menghilang.

Mungkin Bruce Wayne menemukan dirinya dalam topeng Batman. Atas nama kebenaran, Batman rela dikucilkan. Bersembunyi dan mengasingkan diri. Ia tak ingin diingat lagi sebagai pelayan masyarakat.

Pahlawan tak pernah mengabarkan kebaikan yang telah ia lakukan. Beda dengan negeri ini. Semua ingin berlagak bak pahlawan kesiangan menjelang 2009. Lewat iklan mereka merangkul dan melayani masyarakat yang baru dikenalnya kemarin sore. Pahlawan sejati berjuang ditengah gelapnya masa, tidak aji mumpung. Realita kepahlawanan sebenarnya adalah kisah yang cacat, tanpa happy ending.

Tidak ada komentar: